Potensi industri kreatif busana muslim di Indonesia sangatlah besar. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia dan kekayaan warisan budaya di bidang busana, Indonesia memiliki keunggulan untuk menjadi kiblat busana muslim dunia dalam beberapa tahun mendatang.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Djarum Foundation melakukan kolaborasi dengan perancang busana ternama Irna Mutiara dan Bank Negara Indonesia. Sumber daya manusia yang kompeten mulai disiapkan melalui kegiatan pengembangan program tata busana pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan. Salah satunya, SMK NU Banat di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah yang memperoleh bantuan pengembangan kurikulum busana muslim, pelatihan guru, serta bantuan infrastruktur pendidikan dari Djarum Foundation bekerjasama dengan Irna Mutiara.
Selain untuk mencetak tenaga terampil yang mahir secara teknik, para siswa juga dibekali dengan kemampuan mengembangkan trend busana muslim yang sesuai syariah, dengan memadukan unsur warisan budaya, seperti batik dan bordir pada setiap balutan rancangannya.
Para siswa juga dikenalkan pada desainn dan teknik membatik, khususnya Batik Kudus. Batik Kudus memiliki ragam motif yang unik, hal ini disebabkan oleh pengaruh budaya Tiongkok, Arab dan Jawa yang kental, kemudian melebur dalam satu maha karya multi kultur.
“Desainer itu merupakan profesi yang harus memiliki karakter khusus, jadi pembimbingan belajarnya tentulah secara khusus juga. SMK NU Banat Kudus sebagai tempat belajar fashion design, juga merupakan tempat workshop para siswa dengan dunia fashion. Program-program yang sudah disiapkan tentulah sudah disesuaikan dengan tuntutan dunia fashion sekarang. Dan kami yakin jika suatu saat nanti akan lahir desainer-desainer fashion handal dari sekolah ini” ungkap Nancy Martasutha, pimpinan Corporate Community Responsibility BNI.
Irna Mutiara dipilih untuk melakukan pendampingan kepada para tenaga pendidik, sekaligus membuat penyempurnaan kurikulum tata busana. “Busana Muslim dari atas ke bawah itu banyak sekali yang bisa dikembangkan, mulai dari kerudung, busana, aksesoris, semuanya bisa berkembang menjadi industri masyarakat. Oleh karenanya, program peningkatan mutu SMK jurusan Tata Busana diselaraskan dengan awal hingga akhir proses produksi busana Muslim,” papar Irna Mutiara.
Sebuah studio design yang dilengkapi dengan berbagai peralatan canggih juga disiapkan, seperti perangkat komputer Optitex Fashion CAD, yakni piranti lunak yang umumnya digunakan oleh perancang busana kelas dunia. Melalui teknologi ini, para pelajar dapat membuat rancangan busana serta pola dan purwarupa dalam bentuk tiga dimensi yang bisa disesuaikan dengan bentuk dan ukuran tubuh pemakai dengan sempurna.
Setelah mampu menciptakan kreasi desain dan hasil karya busana, para siswa di sekolah ini juga dibekali dengan prinsip-prinsip mengelola usaha busana muslim melalui sebuah butik dengan brand Zelmira. Di bawah bimbingan Irna Mutiara, keikutsertaan SMK NU Banat pada pagelaran Indonesia Fashion Week 2015 lalu merupakan sebuah langkah progresif sekaligus sebagai awal yang baik untuk mengenalkan pada dunia fashion internasional bahwa siswa pada tingkat SMK, telah memiliki kemampuan membuat sebuah karya busana muslim yang telah patut untuk diperhitungkan. Kami juga berharap lulusan SMK ini kelak akan mampu terserap dengan baik di dunia industri fesyen.
“Melalui program ini, kami tidak hanya membekali kemampuan menjahit, melainkan lebih menitikberatkan pada keahlian para siswa dalam mendesain untuk menciptakan sebuah trend. Lebih jauh lagi, mereka juga kami latih agar memiliki kemampuan memasarkan hasil rancangannya. Jika semua hal tersebut dapat dikuasai dengan baik, maka bukanlah hal yang mustahil bagi lulusan SMK untuk mewujudkan Indonesia sebagai kiblat busana muslim dunia”, pungkas Primadi H. Serad, Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation dalam jumpa pers yang diadakan Rabu (11/3/2015) lalu di Kudus.
Peresmian sekolah Fashion SMK NU Banat ini dihadiri juga oleh Bupati Kudus, H. Musthofa dan Iwan Abdi selaku CEO BNI Kantor Wilayah Semarang.